Kamis, 13 Juni 2013

Membuka Password File Kompresi Yang Passwordnya terlupa.



            Seringkali kita mengkompres file menggunakan Winzip atau Winrar dengan maksud efisiensi ruang harddisk atau alasan keamanan. Dan untuk mencegah file-file tersebut diakses oleh orang-orang yang tidak dikehendaki, kita membuat password untuk pengamanan. Yang menjadi masalah adalah bagaimana jika setelah sekian lama kita lupa password untuk membuka file kompres tersebut, terlebih lagi jika file tersebut berisi data-data penting, dan parahnya kita lupa membuat catatan tentang passwordnya.
            Berikut ada jalan keluarnya, kita bisa menggunakan program untuk membuka password file kompres. klik disini untuk mengunduh filenya. Selanjutnya instal dan jalankan programnya. Semoga bermanfaat ya...

Kamis, 23 Mei 2013

Membuat Fungsi Modul Terbilang dengan Microsoft Excel

Seringkali dalam pekerjaan keuangan dengan menggunaan sheet processor Excel ada bagian angka yang memerlukan kita menulis jumlah terbilang dengan menggunakan bahasa Indonesia. Untuk membantu sohib semua berikut cara mudah untuk menulis jumlah angka terbilang tanpa harus repot ngetik. Setelah ntar selesai dibuat dijadikan aja modul add on pada Excel sohib semua and liat hasilnya. Caranya ketik ato copy paste code VBS berikut, buka program MS. Excel kemudian buka menu Tools - Macro - Visual Basic Editor. Nah copy paste dah code VBS dibawah ini ke VB Editor sohib. Selamat mencoba ya..
 


Public Function terbilang(x As Currency)
Dim triliun As Currency
Dim milyar As Currency
Dim juta As Currency
Dim ribu As Currency
Dim satu As Currency
Dim sen As Currency
Dim baca As String
'Jika x adalah 0, maka dibaca sebagai 0
If x = 0 Then
baca = angka(0, 1)
Else
'Pisah masing-masing bagian untuk triliun, milyar, juta, ribu, rupiah, dan sen
triliun = Int(x * 0.001 ^ 4)
milyar = Int((x - triliun * 1000 ^ 4) * 0.001 ^ 3)
juta = Int((x - triliun * 1000 ^ 4 - milyar * 1000 ^ 3) / 1000 ^ 2)
ribu = Int((x - triliun * 1000 ^ 4 - milyar * 1000 ^ 3 - juta * 1000 ^ 2) / 1000)
satu = Int(x - triliun * 1000 ^ 4 - milyar * 1000 ^ 3 - juta * 1000 ^ 2 - ribu * 1000)
sen = Int((x - Int(x)) * 100)
'Baca bagian triliun dan ditambah akhiran triliun
If triliun > 0 Then
baca = ratus(triliun, 5) + "triliun "
End If
'Baca bagian milyar dan ditambah akhiran milyar
If milyar > 0 Then
baca = ratus(milyar, 4) + "milyar "
End If
'Baca bagian juta dan ditambah akhiran juta
If juta > 0 Then
baca = baca + ratus(juta, 3) + "juta "
End If
'Baca bagian ribu dan ditambah akhiran ribu
If ribu > 0 Then
baca = baca + ratus(ribu, 2) + "ribu "
End If
'Baca bagian satuan
If satu > 0 Then
baca = baca + ratus(satu, 1) + "rupiah "
Else
baca = baca + "rupiah "
End If
'Baca bagian sen dan ditambah akhiran sen
If sen > 0 Then
baca = baca + ratus(sen, 0) + "sen "
End If
End If
terbilang = UCase(Left(baca, 1)) & LCase(Mid(baca, 2))
End Function
Function ratus(x As Currency, posisi As Integer) As String
Dim a100 As Integer, a10 As Integer, a1 As Integer
Dim baca As String
a100 = Int(x * 0.01)
a10 = Int((x - a100 * 100) * 0.1)
a1 = Int(x - a100 * 100 - a10 * 10)
'Baca Bagian Ratus
If a100 = 1 Then
baca = "Seratus "
Else
If a100 > 0 Then
baca = angka(a100, 2) + "ratus "
End If
End If
'Baca Bagian Puluh dan Satuan
If a10 = 1 Then
baca = baca + angka(a10 * 10 + a1, 2)
Else
If a10 > 0 Then
baca = baca + angka(a10, 2) + "puluh "
End If
If a1 > 0 Then
If posisi = 2 And a100 = 0 And a10 = 0 Then
baca = baca + angka(a1, 1)
Else
baca = baca + angka(a1, 2)
End If
End If
End If
ratus = baca
End Function
Function angka(x As Integer, posisi As Integer)
Select Case x
Case 0: angka = "Nol"
Case 1:
If posisi = 2 Then
angka = "Satu "
Else
angka = "Se"
End If
Case 2: angka = "Dua "
Case 3: angka = "Tiga "
Case 4: angka = "Empat "
Case 5: angka = "Lima "
Case 6: angka = "Enam "
Case 7: angka = "Tujuh "
Case 8: angka = "Delapan "
Case 9: angka = "Sembilan "
Case 10: angka = "Sepuluh "
Case 11: angka = "Sebelas "
Case 12: angka = "Dua belas "
Case 13: angka = "Tiga belas "
Case 14: angka = "Empat belas "
Case 15: angka = "Lima belas "
Case 16: angka = "Enam belas "
Case 17: angka = "Tujuh belas "
Case 18: angka = "Delapan belas "
Case 19: angka = "Sembilan belas "
End Select
End Function

5. Lakukan proses pengecekan pada lembar sheet Excel.
Contoh : - Ketik angka 1000 pada sel B2.
- Pada sel B3, ketik fungsi =terbilang(B2)
- Jika pada sel B3 berubah menjadi "seribu rupiah" , maka fungsi diatas telah benar

B. Membuat Deskripsi Fungsi
1. Pada lembar kerja Excel, klik menu Tools - Macros
2. Ketikkan nama fungsi terbilang dan pastikan tombol Option menyala
3. Klik Option, dan ketik Deskripsi fungsi terbilang anda pada kotak Descripsion
4. Klik OK

C. Membuat Add Ins
1. Tutup Visual Basic Editor
2. Simpan Dokumen Excel dengan klik menu File - Save As
3. Ubah Save As Type menjadi Microsoft Excel Add In (*.xla)
4. Beri nama bebas, misal : terbilang.xla
5. Klik OK

D. Menginstall Add-In
1. Buka Menu Tools - Add Ins
2. Pilih dan centang pilihan "terbilang" pada list Add Ins
3. Klik OK

Proses selesai...Fungsi dapat digunakan !!!
Selamat Mencoba !!!

(From Magazine)

Selasa, 21 Mei 2013

ADAB PERIHAL MENGUSAP (MENYAPU) MUKA SELEPAS SELESAI SHOLAT DAN SELEPAS BERDOA


ADAKAH SUNNAH - MENGUSAP (MENYAPU) MUKA SELEPAS SELESAI SOLAT DAN SELEPAS BERDOA?


Artikel ini adalah sebuah salinan secara ringkas dari perbahasan berkenaan sekitar persoalan adakah menyapu muka ketika selepas salam (selepas solat) itu suatu yang disunnahkan, juga turut mengupas apakah menyapu/mengusap muka sebaik sahaja selepas berdoa itu memiliki contoh dari sunnah yang sahih atau tidak. Mari ikuti.

Berdasarkan fatwa Imam asy-Syafie rahimahullah. Beliau menentang perbuatan tersebut (menyapu muka) sebagaimana dijelaskan oleh beliau rahimahullah melalui hadis yang terdapat dalam kitab Al-Umm yang menjelaskan supaya tangan kita adalah tetap di atas peha ketika semasa dan selepas salam (membawa maksud tiada perbuatan menyapu muka):


عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمْرَة قَالَ : كُنَّا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاِذَا سَلمَ قَالَ اَحَدُنَا بِيَدِهِ عَنْ يَمِيْنِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ : السلام عليكم ، السلام عليكم . وَاَشَارَ بِيَدِهِ عَنْ يَمِيْنِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ . فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا بَالَكُمْ تُومئونَ بِاَيْدِيَكُمْ كَاَنَّهَا اَذْنَابُ خَيْلٍ شُمْسٍ اَوْ لاَيَكْفِى اَوْ اِنَّمَا يَكْفِى اَحَدُكُمْ اَنْ يَضَعَ يَدهُ عَلَى فَخِذِهِ ثُمَّ يُسَلِّمُ عَنْ يَمِيْنِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ ، السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ الله

“Dari Jabir bin Samrah berkata: Semasa kami solat bersama Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam, maka ketika baginda memberi salam, berkata salah seorang dari kami dengan tangannya ke kanannya dan ke kirinya dan mengucapkan: As-salamu ‘alaikum, as-salamu ‘alaikum, dan mengisyaratkan dengan tangannya ke kanan dan ke kiri. Maka Nabi sallallahu ‘alaihi wa-sallam bersabda: Apa terjadi kepada kamu, mengisyaratkan dengan tangan kamu, tak ubah seperti ekor kuda yang mabuk, tidakkah memadai atau sesungguhnya memadai seseorang kamu meletakkan tangannya di atas pehanya semasa memberi salam ke kanannya dan ke kirinya seraya mengucapkan: As-salamu ‘alaikum wa-rahmatullah, as-salamu ‘alaikum wa-rahmatullah”. (Lihat: al-Umm. Jld. 1. Hlm. 122. Hadis ini diriwayatkan oleh Riwayat Muslim)

Adapun yang ditegah oleh Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam pada hadis di atas ialah menggerakkan tangan kanannya ke kanan ketika menoleh ke kanan dan menggerakkan tangan kirinya ke kiri ketika menoleh ke kiri. Hal ini setelah dilihat oleh baginda, kemudian baginda bertanya yang berupa larangan:

“Mengapa kamu menggerakkan tangan kamu seperti gerakan ekor kuda yang lari terbirit-birit dikejar binatang buas? Apabila seseorang antara kamu mengucapkan salam, hendaklah ia berpaling kepada temannya dan tidak perlu menggerakkan tangannya. Maka ketika mereka solat bersama Rasulullah, mereka tidak melakukannya lagi”. (Lihat: Sifat Solat Nabi. Hlm. 236)

Pada riwayat yang lain baginda bersabda:

“Seseorang antara kamu cukup meletakkan tangannya di atas pahanya, kemudian ia mengucapkan salam dengan berpaling kepada saudaranya yang di sebelah kanan dan saudaranya yang di sebelah kiri”. (Hadis Riwayat Muslim, Abu ‘Awanah, Siraj, Ibnu Khuzaimah dan at-Thabrani)

Menggerakkan tangan ke kanan atau ke kiri sebagai tanda penutup atau selesainya solat telah ditegah oleh Rasulullah s.a.w. sendiri. Maka menyapu tengkuk, kepala dan kemudian muka di setiap kali selesai memberi salam adalah juga merupakan sebagai tanda, isyarat atau sebagai penutup solat. Melakukan pekerjaan tersebut adalah bid’ah kerana menyerupai perbuatan mereka (yang menggerakkan tangannya ke kanan dan ke kiri) yang ditegah oleh Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam, malah tidak ada hujjah yang sahih mengizinkan perbuatan tersebut. Perbuatan serupa itu adalah bertentangan dengan sunnah Rasulullah dan para sahabat. Maka ia wajib ditinggalkan. Jelas, ianya tiada ditunjukkan contohnya oleh Rasulullah.

Al-Mawarzi di dalam kitab al-Witr (hal. 236) berkata, “Ahmad bin Hanbal (imam Ahmad (w. 248H)) menyatakan, dari Abu Dawud, “Aku pernah mendengar bahawa Ahmad ditanya tentang seseorang mengusap mukanya dengan kedua tangan jika telah selesai solat witr, ia berkata, “Aku belum pernah mendengar sedikit pun berkenaan dengan hal itu, sedangkan aku menyaksikan bahawa Ahmad tidak melakukan hal itu (mengusap muka selepas solat).””

MENYAPU MUKA SETIAP KALI SELESAI BERDOA

Salah satu amalan dan kebiasaannya dalam masyarakat kita, ialah mengusap (menyapu) muka setiap kali selesai berdoa sebagai penutup doa dan mungkin untuk mendapat berkat dari doa tersebut. Sebenarnya perbuatan tersebut tidak mempunyai asas/landasan dari syara’ dan tiada nas yang boleh dijadikan hujjah/sandaran, kerana semua hadis-hadis yang menunjukkan menyapu muka setelah selesai berdoa keseluruhannya lemah/dhaif belaka. Antara hadis-hadis tersebut ialah:

Kelompok Hadis pertama:

عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ كَعَبِ الْقَرْظِيِّ عَنِ بْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اِذَا سَاَلْتُمْ بِاللهِ فَسَلُوْهُ بِبُطُوْنِ اَكُفِّكُمْ ، وَلاَ تَسْاَلُوْهُ بِظُهُوْرِهَا ، وَامْسَحُوْا بِهَا وُجُوْهَكُمْ

“Dari Muhammad bin Ka’ab al-Qurdzi dari Ibnu Abbas berkata: Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam bersabda: Apabila kamu meminta (berdoa) kepada Allah, maka mintalah dengan telapak tangan kamu, jangan memintanya dengan belakangnya. Dan sapulah dengannya muka kamu”. (Hadis Riwayat At-Thabrani dalam
المعجم الكبير 10/10779. az-Zahabi dalam المستدرك 1/536. Al-Baihaqi. السنن الكبرى2/212)


(1). عَنْ صَالِحِ بْنِ حَسَّانَ اْلاَنْصَارِيِّ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ كَعَبِ الْقَرْظِيِّ عَنِ بْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اِذَا دَعَوْتَ اللهَ فَادْعُ بِبَاطِنِ كَفَّيْكَ ، وَلاَ تَدْعُ بِظُهُوْرِهَا ، فَاِذَا فَرَغْتَ فَامْسَحْ بِهِمَا وَجَهَكَ.

(1). “Dari Soleh bin Hassan al-Ansari, dari Muhammad bin Ka’ab al-Qardzi dari Ibn Abbas, beliau berkata: Bersabda Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam: Jika engkau berdoa kepada Allah, maka berdoalah dengan telapak tanganmu, janganlah berdoa dengan kedua-dua belakangnya. Maka setelah selesai, sapulah wajahmu dengan kedua tanganmu”. (Hadis Riwayat Ibnu Majah dalam Sunan. 1/373. Hadis No. 1181)

Kedua-dua hadis di atas ini adalah sangat lemah kerana pada sanadnya terdapat perawai yang lemah sebagaimana dapat diketahui dari penjelasan di bawah ini:

Dalam az-Zawaid dinyatakan: Isnad hadis ini lemah. Ia dilemahkan kerana terdapat perawi bernama Soleh bin Hassan. (Lihat: Sunan Ibn Majah. 1/373)

Menurut Imam Bukhari rahimahullah: Hadis yang dari Soleh bin Hassan al-Ansari dari Muhammad bin Ka’ab al-Qurdzi adalah hadis mungkar. Dan beliau berkata lagi: Setiap seseorang yang telah aku katakan hadisnya mungkar, maka tidak halal untuk meriwayatkan hadis darinya. (Lihat:
ميزان الاعتدال 1/6. Az-Zahabi)

Menurut Ibnu Hibban: Semua hadis yang diriwayatkan oleh (Soleh bin Hassan al-Ansari) adalah hadis-hadis palsu. (Lihat: al-Irwa al-Ghalil. 2/180. al-Albani)

Menurut al-Hafiz Ibn Hajar rahimahullah: Soleh
bin Hassan (متروك) “Ditinggalkan”. (Lihat: المعجم الكبير 10/319)

Tambahan
وَامْسَحُوْا بِهَا وُجُوْهَكُمْ فَهِيَ زِيَادَةٌ مُنْكَرَة “Dan sapulah muka kamu dengan telapak tangan kamu (setelah selesai berdoa), maka ia adalah tambahan yang mungkar”. (Lihat: المعجم الكبير 10/319)

Berkata Abu Daud: Dia (soleh bin Hassan) seorang yang lemah. (Lihat:
المعجم الكبير 10/319)

Hadis Kedua:


(2). حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ عِيْسَى الْجُهَنِيُّ عَنْ حَنْظَلَةَ بْنَ اَبِيْ سُفْيَانَ الْجُمَحِيِّ عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللهِ عَنْ اَبِيْهِ عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ فِى الدُّعَاءِ لَمْ يَحُطُّهُمَا حَتَّى يَمْسَحَ بِهَمَا وَجْهَهُ . قَالَ مَحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى فَى حَدَيْثِهِ : لَمْ يَرُدُّهُمَا حَتَّى يَمْسَحَ بِهَمَا وَجْهَهُ

(2). “Berkata Hammad bin Isa al-Juhani dari Handhalah bin Abi Sufyan al-Jumahi dari Salim bin Abdullah dari bapanya dari Umar bin al-Khattab radiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam mengangkat tangannya dalam berdoa. Baginda tidak mengembalikan kedua tangannya sehingga mengusap wajahnya. Berkata Muhammad bin al-Muthannah dalam hadisnya: Baginda tidak mengembalikannya keduanya sehingga mengusap dengan kedua tangannya wajahnya”. (Hadis Riwayat Tirmizi. 5/3386)

Hadis di atas ini adalah hadis lemah kerana sanad hadis ini berasal dari Hammad bin Isa al-Juhani. Nama penuh beliau ialah: Hammad bin Isa bin Ubaid bin at-Thufail al-Juhani al-Wasiti al-Basri. Dia seorang perawi yang sangat lemah.

Berkata Sheikh Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah: Perawi seperti dia adalah lemah sekali. Maka hadisnya tidak boleh dihasankan, dengan demikian sama sekali tidak boleh disahihkan. (Lihat: Irwa al-Ghalil fii Takhrij Ahadis Manaris Sabil. 2/433)

Menurut al-Hafiz az-Zahabi: Hammad bin Isa al-Juhani adalah perawi yang lemah. (Lihat:
سير اعلام النبلاء 16/67. Az-Zahabi)

Abu Zur’ah ar-Razi rahimahullah berkata: Hadis (Hammad) ini adalah hadis mungkar yang diyakini tidak ada asa
lnya. (Lihat: العلل 2/351. Ibnu Abi Hatim ar-Razi)

Hadis di atas ini juga dilemahkan oleh para ulama hadis. Antaranya ialah: Ibnu Hajar al-Asqalani, Imam Ahmad dan Abu Hatim ar-Razi. Berkata Ibnu Makula: Para ulama hadis telah melemahkan hadis-hadis Hamma
d. (Lihat: تهذيب التهذيب oleh Ibnu Hajar. Lihat:العلل المتنهية 2/841. Ibnu al-Jauzi)

Hadis Ketiga:

(3). عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : لاَ تَسْتُرُوْا الْجُدُرَ مَنْ نَظَرَ فِى كَتَابِ اَخِيْهِ بِغَيْرِ اِذْنِهِ فَاِنَّمَا يَنْظُرُ فِى النَّارِ ، سَلُوْ اللهَ بِبُطُوْنِ اَكُفِّكُمْ وَلاَ تَسْاَلُوْهُ بِظُهُوْرِهَا ، فَاِذَا فَرَغْتُمْ فَامْسَحُوْا بِهَا وُجُوْهَكُمْ

(3). “Dari Abdullah bin Abbas radiallahu ‘anhu, sesungguhnya Rasulullah sallahu ‘alaihi wa-sallam bersabda: Janganlah kamu menutupi dinding-dinding (dengan kain), sesiapa melihat kitab saudaranya tanpa izinnya, maka sesungguhnya dia telah melihat dalam neraka. Mintalah kepada Allah dengan telapak-telapak tangan kamu dan janganlah meminta dengan belakangnya. Jika kamu telah selesai berdoa, maka usaplah wajah kamu dengan telapak tangan kamu”. (Hadis Riwayat Ibn Majah dan Abu Daud)

Menurut para ulama hadis, hadis ini sangat lemah kerana mempunyai beberapa illah (penyakit):

Berkata Abul Hasan bin al-Qatthan dan Al-Hafiz Iban Hajar:

“Perawi hadis ini (Abdul Malik bin Muhammad bin Aiman al-Hijazi)
هو مجهول “Dia tidak diketahui/tidak dikenali”. (Lihat: تقريب التهذيب - Ibnu Hajar)

Berkata Abu Daud:


روي هذا الحديث من غير وجه عن محمد بن كعب كلها واهية وهذا الطريق امثلها وهو ضعيف ايضا

“Hadis ini telah diriwayatkan dari berbagai jalan dari Muhammad bin Ka’ab, yang semuanya sangat lemah. Walaupun sanad ini adalah yang terbaik, namun hadis ini juga adalah lemah”. (Lihat:
مختصر سنن ابي داود 2/1432)

Dengan penjelasan di atas, ternyata bahawa hadis-hadis tentang menyapu muka setelah selesai berdoa tidak ada yang sahih, oleh itu ia adalah sesuatu yang bid’ah, kerana perbuatan tersebut tidak pernah dilakukan dan tidak ada contohnya dari Rasulu
llah sallallahu ‘alaihi wa-sallam, para sahabat, para tabi’in, tabi’ut at-tabi’in dan dari para ulama Salaf as-Soleh yang mengikut jejak mereka.

PANDANGAN ULAMA DALAM HAL INI (MENYAPU MUKA SETELAH BERDOA):

1 – AL-Mawarzi di dalam kitab al-Witr (hal. 236) berkata, “Imam Malik bin anas al-Ashbahi Rahimahullah (w. 179H) ditanya tentang seseorang yang mengusap mukanya dengan kedua telapak tangannya ketika berdoa, ia mengingkari hal itu dan berkata, “Aku tidak mengetahuinya.””

2 – Dari apa yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi (2/212), “Aku bertanya kepada Abdullah (Imam Abdullah Bin al-Mubarak Rahimahullah (w. 181H)/Ibnul Mubarak) berkenaan dengan orang yang jika berdoa mengusap mukanya, ia berkata, “Aku tidak menyaksikannya melakukan hal itu.” Ia berkata, “Abdullah berdoa qunut setelah ruku’ di dalam solat witr dengan mengangkat kedua tangannya.”

3 – al-Baihaqi (w.458H), penulis kitab al-Sunan al-Kubra, di dalam kitabnya (2/212) ia berkata, “Berkenaan masalah mengusap muka dengan dua telapak tangan selepas selesai berdoa adalah sesuatu yang tidak ku hafal dari walau seseorang salaf (generasi awal) dalam hal doa qunut, sekalipun diriwayatkan dari sebahagian mereka hal itu dalam doa di luar solat. Telah diriwayatkan dari Nabi s.a.w. sebuah hadis yang di dalamnya terdapat kelemahan yang menurut sebahagian mereka hadis itu diamalkan di luar solat, sedangkan di dalam solat hal itu adalah amalan yang tidak baku. Maka, yang lebih utama adalah tidak melakukannya dan membatasi diri dengan mengamalkan apa yang diamalkan oleh para salaf Rahimahullah berupa mengangkat kedua tangan (ketika berdoa) tanpa mengusap muka di dalam solat.

4 – Imam al-Nawawi Rahimahullah (w. 676H) turut tidak memandub-kan (menyarankan/mengharuskan) mengusap muka setelah berdoa, sekalipun di luar solat, sebagaimana yang disebutkannya di dalam kitab al-Majmu’. Hal itu disebutkan pula oleh Ibnu ‘Alan di dalam kitab Syarh al-Adzkar (2/311).

Di dalam kitab ar-Raudhah (1/255), beliau Rahimahullah berkata, “Aku telah katakan bahawa tidak mustahab secara mutlak mengusap walau selain muka sama sekali, bahkanjama’ah dari kalangan para ahli ilmu berpendapat bahawa hal itu makruh hukumnya.

Ini adalah cabang dari salah satu aspek menurut kalangan pengikut syafi’i berkenaan dengan mengusap muka setelah berdoa.

5 - Menurut Sheikh al-Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah (w. 728H) menyatakan di dalam al-Fatawa (22/519), dalam persoalan ini: “Berkenaan dengan Nabi s.a.w. mengangkat tangan ketika berdoa telah ada sejumlah hadis sahih berkenaan dengannya, sedangkan berkenaan dengan mengusap muka dengan kedua tangan, tidak ada hadis berkenaan dalam hal itu, melainkan satu atau dua buah hadis sahaja yang tidak boleh dijadikan hujjah dengan keduanya. Wallahu a’lam.

6 – al-Fairuz Abadi Rahimahullah (w. 817H) di dalam kitab Safar as-Sa’adah ia berkata, “Mengenai masalah mengusap muka dengan dua telapak tangan setelah berdoa tidak ada hadis yang sahih berkenaan dengannya.” Maka, beliau juga turut menyatakan bahawa hal menyapu muka selepas berdoa adalah tidak disunnahkan.

7 – Ibnu ‘Alan ash-Shadiqi (w. 1057H), di dalam kitab syarh al-Adzkar (2/311) menyatakan bahawa, “Terdapat faktor yang memperkuat aspek pertama dari mazhab syafi’i bahawa ia menjadikan mustahab (disarankan) mengangkat tangan (ketika berdoa), dan tidak mengusap. Wallahu a’lam.